Selasa, 19 Februari 2013

Empty Nest Syndrome

Bassof (Santrock, 1995) mengemukakan bahwa salah satu peristiwa penting dalam keluarga adalah beranjaknya seorang anak dalam kehidupan dewasa, karir atau membentuk keluarga baru yang terlepas dari keluarga tempatnya berasal. Wiryasaputra (2007) mengemukakan bahwa hal ini merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk pergi keluar meninggalkan rumah, sekaligus waktu yang tepat juga bagi orangtua untuk melepaskan anak.
Tahap ini memang rasanya berat, baik bagi anak maupun orangtua karena dapat menimbulkan kecemasan, kehilangan, dan kesedihan. Banyak orangtua dan anak menolak untuk berubah karena tidak ingin kehilangan dan sedih. Lebih baik memelihara keseimbangan yang sudah ada dan tidak ingin menyesuaikan diri serta menciptakan keseimbangan baru, sehingga anak kadang kurang berani mengambil keputusan untuk pergi. Kadang, ada juga orangtua kurang tega dengan berbagai alasan. Memang, kedua belah pihak harus belajar bahwa pergi dan membiarkan pergi itu, bukan akhir dari segala-galanya. Sistem keluarga harus membuka diri, menjangkau dunia luar, sampai daerah yang tidak terbatas jaraknya, sehingga orang tua menghadapi penyesuaian baru karena ketidakseimbangan akibat ketiadaan anak.
Sindrom Sarang Kosong (Empty-nest Syndrome)
Sarang Kosong atau Empty-nest Syndrome (Webber dan Delvin, 2005) adalah kondisi psikologi yang dialami oleh orang tua (terutama oleh para ibu) ketika mereka mulai beranjak dewasa dan meninggalkan rumah. Hal ini dapat disebabkan karena anak tersebut telah memasuki usia kuliah ataupun anak tersebut telah menikah.
Kebanyakan orang tua harus menyadari bahwa merupakan hal normal untuk merasa sedih ketika mereka sedang mempersiapkan anaknya untuk memasuki bangku kuliah dan meninggalkan rumah. Merupakan hal yang normal pula untuk menangis ketika orang tua tidak lagi dapat mengatur anak, atau berharap anak dapat membuat keputusan yang baik dan benar di dunia luar. Hal ini juga normal jika ingin menghabiskan waktunya di kamar anak, agar orang tua tersebut merasa lebih dekat dengan sang anak (Clark, 2007). Bagi para orang tua, sebaiknya jangan malu dengan hal tersebut, karena hal itu adalah wajar-wajar saja. Namun jika orang tua merasa tidak berguna lagi, menangis secara berlebihan, merasa sangat bersedih hingga tidak ingin berkumpul dengan para sahabat atau pergi bekerja, maka orang tersebut sebaiknya meminta bantuan profesional, terutama jika simptom-simptom tersebut berlangsung lebih dari seminggu (Webber & Delvin, 2005).
Para orang tua terkadang tidak menyadari bahwa ketika anak mereka meninggalkan rumah, banyak keuntungan yang dapat mereka peroleh. Hal ini merupakan suatu kesempatan yang baik untuk memulai hobi baru atau kegiatan lain untuk membantu orang tua menghabiskan waktu. Orang tua juga dapat memulai sebuah pekerjaan baru atau dapat memulai suatu perjalanan (liburan). Ketika orang tua mengabaikan kenyataan bahwa anak mereka tidak lagi berada di rumah, maka mereka dapat menikmati hal-hal baru yang tidak mereka peroleh ketika masih menjaga anak ataupun merawat anak (Clark, 2007).
Transisi menjadi orang tua dari anak yang berusia remaja dan anak yang telah dewasa merupakan salah satu hal yang sulit. Disamping untuk tetap fokus pada peran yang mereka mainkan dalam kehidupan anak, orang tua juga harus tetap fokus pada kehidupan mereka. Witmer (2007) mengemukakan beberapa cara mencegah sekaligus mengatasi sindrom sarang kosong, yaitu sebagai berikut:
Mengerjakan sesuatu
Melakukan kerja sosial, mengikuti sebuah kelas, menemukan sebuah hobi baru atau melakukan apa saja pada waktu luang secara teratur dapat menghindarkan para orang tua dari rutinitas yang membosankan.
Berlibur
Para orang tua dapat melakukan suatu perjalanan (liburan) bersama pasangannya, membicarakan masa depan, serta membuat rencana. Hal ini dapat disebut sebagai bulan madu kedua, dimana mereka dapat memulai bagian kedua dari hubungan mereka.
Membuat paket yang berguna
Para orang tua juga dapat melakukan hal-hal yang dapat membantu anak mereka, misalnya saja membelikan bahan makanan atau pelengkapan mandi untuk tempat tinggal anak yang baru. Selain menambah kesibukan, hal ini juga dapat membuat anak senang dan tetap menjaga hubungan antara orang tua-anak.
Memberi selamat pada diri sendiri
Meskipun pekerjaan sebagai orang tua tidak akan pernah selesai, namun paling tidak mereka telah menyelesaikan salah satu tugasnya sebagai orang tua. Mereka telah berhasil membesarkan anak, dimana hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Para orang tua sebaiknya memberikan applause terhadap apa yang telah mereka lakukan sebagai penyemangat dalam hidup mereka.
Memperoleh dukungan
Jika mereka mengalami masa yang sulit dan mengalami depresi, sebaiknya segera meminta bantuan (memperoleh dukungan) dari pasangannya, saudara, sahabat (yang mengalami masalah yang sama) ataupun dari psikolog.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar