Bassof (Santrock, 1995) mengemukakan
bahwa salah satu peristiwa penting dalam keluarga adalah beranjaknya
seorang anak dalam kehidupan dewasa, karir atau membentuk keluarga baru
yang terlepas dari keluarga tempatnya berasal. Wiryasaputra (2007)
mengemukakan bahwa hal ini merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk
pergi keluar meninggalkan rumah, sekaligus waktu yang tepat juga bagi
orangtua untuk melepaskan anak.
Tahap
ini memang rasanya berat, baik bagi anak maupun orangtua karena dapat
menimbulkan kecemasan, kehilangan, dan kesedihan. Banyak orangtua dan
anak menolak untuk berubah karena tidak ingin kehilangan dan sedih.
Lebih baik memelihara keseimbangan yang sudah ada dan tidak ingin
menyesuaikan diri serta menciptakan keseimbangan baru, sehingga anak
kadang kurang berani mengambil keputusan untuk pergi. Kadang, ada juga
orangtua kurang tega dengan berbagai alasan. Memang, kedua belah pihak
harus belajar bahwa pergi dan membiarkan pergi itu, bukan akhir dari
segala-galanya. Sistem keluarga harus membuka diri, menjangkau dunia
luar, sampai daerah yang tidak terbatas jaraknya, sehingga orang tua
menghadapi penyesuaian baru karena ketidakseimbangan akibat ketiadaan
anak.
Sindrom Sarang Kosong (Empty-nest Syndrome)
Sarang Kosong atau Empty-nest Syndrome
(Webber dan Delvin, 2005) adalah kondisi psikologi yang dialami oleh
orang tua (terutama oleh para ibu) ketika mereka mulai beranjak dewasa
dan meninggalkan rumah. Hal ini dapat disebabkan karena anak tersebut
telah memasuki usia kuliah ataupun anak tersebut telah menikah.
Kebanyakan
orang tua harus menyadari bahwa merupakan hal normal untuk merasa
sedih ketika mereka sedang mempersiapkan anaknya untuk memasuki bangku
kuliah dan meninggalkan rumah. Merupakan hal yang normal pula untuk
menangis ketika orang tua tidak lagi dapat mengatur anak, atau berharap
anak dapat membuat keputusan yang baik dan benar di dunia luar. Hal
ini juga normal jika ingin menghabiskan waktunya di kamar anak, agar
orang tua tersebut merasa lebih dekat dengan sang anak (Clark, 2007).
Bagi para orang tua, sebaiknya jangan malu dengan hal tersebut, karena
hal itu adalah wajar-wajar saja. Namun jika orang tua merasa
tidak berguna lagi, menangis secara berlebihan, merasa sangat bersedih
hingga tidak ingin berkumpul dengan para sahabat atau pergi bekerja,
maka orang tersebut sebaiknya meminta bantuan profesional, terutama
jika simptom-simptom tersebut berlangsung lebih dari seminggu (Webber
& Delvin, 2005).
Para orang
tua terkadang tidak menyadari bahwa ketika anak mereka meninggalkan
rumah, banyak keuntungan yang dapat mereka peroleh. Hal ini merupakan
suatu kesempatan yang baik untuk memulai hobi baru atau kegiatan lain
untuk membantu orang tua menghabiskan waktu. Orang tua juga dapat
memulai sebuah pekerjaan baru atau dapat memulai suatu perjalanan
(liburan). Ketika orang tua mengabaikan kenyataan bahwa anak mereka
tidak lagi berada di rumah, maka mereka dapat menikmati hal-hal baru
yang tidak mereka peroleh ketika masih menjaga anak ataupun merawat
anak (Clark, 2007).
Transisi
menjadi orang tua dari anak yang berusia remaja dan anak yang telah
dewasa merupakan salah satu hal yang sulit. Disamping untuk tetap fokus
pada peran yang mereka mainkan dalam kehidupan anak, orang tua juga
harus tetap fokus pada kehidupan mereka. Witmer (2007) mengemukakan
beberapa cara mencegah sekaligus mengatasi sindrom sarang kosong, yaitu
sebagai berikut:
Mengerjakan sesuatu
Melakukan
kerja sosial, mengikuti sebuah kelas, menemukan sebuah hobi baru atau
melakukan apa saja pada waktu luang secara teratur dapat menghindarkan
para orang tua dari rutinitas yang membosankan.
Berlibur
Para
orang tua dapat melakukan suatu perjalanan (liburan) bersama
pasangannya, membicarakan masa depan, serta membuat rencana. Hal ini
dapat disebut sebagai bulan madu kedua, dimana mereka dapat memulai
bagian kedua dari hubungan mereka.
Membuat paket yang berguna
Para
orang tua juga dapat melakukan hal-hal yang dapat membantu anak
mereka, misalnya saja membelikan bahan makanan atau pelengkapan mandi
untuk tempat tinggal anak yang baru. Selain menambah kesibukan, hal ini
juga dapat membuat anak senang dan tetap menjaga hubungan antara orang
tua-anak.
Memberi selamat pada diri sendiri
Meskipun
pekerjaan sebagai orang tua tidak akan pernah selesai, namun paling
tidak mereka telah menyelesaikan salah satu tugasnya sebagai orang tua.
Mereka telah berhasil membesarkan anak, dimana hal tersebut bukanlah
hal yang mudah. Para orang tua sebaiknya memberikan applause terhadap apa yang telah mereka lakukan sebagai penyemangat dalam hidup mereka.
Memperoleh dukungan
Jika
mereka mengalami masa yang sulit dan mengalami depresi, sebaiknya
segera meminta bantuan (memperoleh dukungan) dari pasangannya, saudara,
sahabat (yang mengalami masalah yang sama) ataupun dari psikolog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar